Senin, 20 Juni 2011

Dewa Dewi



 Senin, 13 Nopember 1990 merupakan hari yang cukup bahagia bagi Renanda Pradipta (25) sabagai sang bapak dan juga Nia Nurmala (22) sebagai seorang ibu. Alhamdulillah sang ibu berhasil melahirkan dua orang kembar berbeda jenis kelamin, Dewa Aryanto sebagai kakak serta Dewi Aryanti sebagai adiknya. Mereka terlahir dengan selamat. Renanda sangat bersyukur atas kelahiran anak mereka yang ternyata kembar. Ia berharap semoga mereka bisa berguna bagi dunia dan juga isinya. Dewa menerima warisan kegantengan dari bapaknya dan Dewi kecantikan dari sang ibu.
Juli 1997, adalah bulan di mana mereka harus melepaskan ke dua anak mereka. Kini Dewa dan Dewi akan berumur 7 tahun, muda dan masih mempunyai banyak impian. Cita-cita Dewa adalah menjadi seorang pilot dan Dewi menjadi seorang arsitek. Hal ini dapat dilihat dari jenis permainan mereka, Dewa sang kakak yang suka dengan pesawat-pesawatan serta Dewi yang suka dengan bangunan. Selayaknya anak kecil, mereka sering kali bergulat untuk merebutkan mainan. Nia, sering sekali melerai mereka berdua.
Kematian menjemput Renanda serta Nia ketika anak mereka berumur 12 tahun. Mereka meninggal akibat kecelakaan pesawat  Renanda dan Nia dikubur di Bekasi. Pada awalnya, anak mereka belum tahu mengenai arti dari meninggal. Mereka hanya tau, jikalau ibu dan bapak mereka sedang pergi ke sebuah negara surga, negara yang jauh di sana.
“Bapak dan Ibumu sedang menunggumu di surga, mereka nitip pesan kepada om,” kata Rama Pratyaksa sabagai kakanya Renanda.
“A..apa itu om?” jawab Dewi dengan isak tangisnya yang disebabkan ia melihat beberapa orang di sekitarnya yang menangis.
“ Bapak dan ibu mu bilang kalo kalian semua harus jadi anak yang rajin dan bermanfaat bagi orang banyak. Dewi,”
“Iya om ?”
“Kamu ikut ke rumah om yuk.”
“Terus Dewa gimana ?”
“Dewa kamu ikut….”
“Kamu ikut saya Dewa, inget jangan ngerepotin ya ?”hardik adiknya Nia Nurmala yang bernama Siti Nurjannah(32).
Singkat cerita, Dewa pun mengikuti tantenya dan ia pindah sekolah di Gorontalo, Sulawesi sebelah utara.Sebuah tempat yang baru untuk Dewa. Ia pindah dikarenakan mengikuti pekerjaan dari tantenya yang bekerja sebagai humas di suatu bank swasta. Mobil, rumah besar, pelayanan yang bagus, merupakan hal yang biasa ia peroleh tiap hari di sana. Ia pun terlena, karena tidak ada seorang orang tua yang memberinya kasih saying maupun memberinya peringatan.
Berbeda dengan Dewi, makanan yang biasa, peraturan yang ketat, dan tidak ada pelayan yang biasa mengantarkan apa pun yang ia inginkan. Ia berbudi pekerti baik, karena ia memiliki pengawasan yang baik pula. Ia memiliki seorang om yang patut dicontoh. Ia tidak pernah pulang malam dan punya sopan santun terhadap orang tua.
Dewa(13,) sudah masuk ke SMP. Bagus merupakan syarat utama dari pada SMP tersebut, sebab ia tidak ingin masuk ke SMP yang kotor serta kumuh. Sepeda motor adalah hal yang ia sukai saat ini. Ngebut-ngebutan dan berkumpul bersama teman-teman, sudah menjadi hal wajar. Ia ahli di bidang otomotif. Tak ada yang melarangnya untuk melakukan hal tersebut. Paling-paling hanya tantenya yang suka memarahi dia, kalo ketahuan pulang malam.
Dewi (13), ia masuk ke sekolah unggulan, dikarenakan nilainya yang bagus. Ia pandai mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh bapak dan ibu gurunya. Ia diajarkan utuk memberikan salam ketika mau berangkat sekolah kepada omnya beserta istrinya. Kerudung menjadi pakaian kesehariannya.
Tak terasa umur mereka sudah 15 tahun. Dewa yang suka dengan balapan sepeda motor. Serta Dewi yang hormat dan santun kepada semua orang. Saat itu mereka sedang menduduki kelas 3 SMP. Dewa menginginkan sebuah HP yang canggih, ia pun mencuri HP tersebut. Beberapa saat setelah kejadian mencuri tersebut terjadi, ia ketahuan, untung saja ia tidak dipukuli oleh orang sekampung.
Mereka menghadai UAN. Dewa takut setengah mati, karena ia belum belajar. Sedangkan Dewi, santai-santai saja. Ia sudah terbiasa latihan untuk menghadapi soal ujian tersebut.hari pertama berhasil mereka lewati. Malam hari ke dua, Dewa merasa bete unuk menghadapi soal ujian tersebut. Akhirnya, ia mengikuti balapan liar. Ketika balapan itu terjadi, Dewa sedang dalam posisi menang. Ia senang sekali, karena akan mendapatkan uang taruhan. 20 meter dekat garis finis, ia melihat ada polisi. Ia pun bingung ingin melarikan diri ke mana. Akhirnya ia banting stir ke kanan, masuk ke sebuah desa. Dan ia pun terjatuh dalam sebuah selokan. Kepalanya berdarah serta tangan kanannya patah. Ia pun tidak bisa mengikuti UAN ketika paginya, karena ia harus masuk ke RS untuk menjalani operasi. Alhasil ia tidak lulus dalam ujian tersebut. Butuh 1 bulan untuk mengobatinya. Semua biaya RS pun diberikan kepada tantenya.
Berbeda dengan Dewi, ia mengerjakan semua soal di hari ke dua dan ke tiga dengan tenang. Ia berhasil mendapatkan nilai yang baik. Namun ia terkejut setelah mengikuti ujian. Ia mendengar bahwa kembarannya dioperasi. Ia pun memohon kepada Tuhan, untuk memberikan Dewa keselamatan. Dewi pun bingung kenapa Dewa bisa sampai dioperasi kepalanya, ia mengira bahwa Dewa ditabrak oleh orang.
Setelah sembuh, Dewa dibawa pulang ke Bakasi. Ia pun curhat kepada Dewai sang adik bahwa selama ini, ia tidakmendapatkan larangan apapun dari tantenya. Dan ia dioperasi kepalanya karena ia masuk ke sebuah selokan. Dewa sedih karena harus mengulang kelas 3.
Dewi(16) masuk ke SMA ternama. Ia senang dan merasa tertantang. Sedangkan Dewa masih di bangku SMP kelas 3. Dewa pun senang saat ini, karena ia memiliki seorang om yang baik serta mengerti apa yang ia butuhkan. Dewa membutuhkan kasih sayang serta peraturan yang jelas.
2009, merupakan tahun berpisahnya Dewa dan Dewi. Hal tersebut terjadi karena Dewi harus pindah ke Tangerang, dikarenakan oleh ia sudah lulus SMA dan harus menempuh tahap belajarnya yang berikut di STAN. Ia gagal menjadi arsitek. Dewa sangat sedih bercampur senang menerima kenyataan yang seperti itu.
2010, tahun akhir di mana Dewa tinggal di rumah omnya. Ia akan pindah ke Jogja untuk menggali kemampuan ia di bidang komunikasi. Ia sekarang masuk di jurusan tersebut di UII. Ia berharap suatu saat nanti ia akan menjadi seorang yang bisa mengoptimalkan media yang ia pegang.
Dewa dan Dewi pun masih sering kontak melalui Facebook, SMS, telponan, serta surat menyurat. Meraka mengingat pesan kedua orang tuanya. Bahwa mereka harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.


Gambar:http://images.tokomutia.multiply.com/image/1/photos/upload/orig/RtPpJwoKClYAAAsXAMc492/1.jpeg?et=57Nwdi4h5yiCNuj3SdAn3A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar